Kosakata dalam bahasa Indonesia, seperti halnya dalam bahasa lain, saling berhubungan antara satu kata dengan kata lainnya. Kosakata dasar dalam bahasa Indonesia, yang berjumlah lebih dari 100.000 lema atau entri, juga memiliki keterkaitan.
Kosakata dengan komponen makna yang serupa disebut dengan hubungan makna atau sense relations. Contohnya, leksem “kuda” memiliki relasi makna dengan leksem “binatang”, atau leksem “mangga” memiliki relasi makna dengan leksem “buah-buahan”.
Menurut Cruse, ada tujuh jenis hubungan makna antara leksem dalam suatu bahasa, yaitu:
- Sinonimi (kesamaan makna)
- Antonimi (kebalikan makna)
- Polisemi (kegandaan makna yang jelas)
- Ambiguitas (kegandaan makna yang membingungkan)
- Hiponimi (ketercakupan makna)
- Homonimi (kelainan makna)
- Redundansi (kelebihan makna)
Dalam tulisan ini, kita akan fokus pada satu aspek saja, yaitu sinonimi.
Sinonimi dalam bahasa merujuk pada persamaan kata. Tanpa itu, bahasa akan terasa kaku dan kurang menarik. Oleh karena itu, penggunaannya sangat penting untuk memperkaya pengungkapan cerita, fakta, dan gagasan, baik secara tertulis maupun lisan.
Sinonim dalam pelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu materi yang menarik untuk dipelajari. Persamaan kata dapat membuat kalimat menjadi lebih menarik dan enak dibaca. Dengan mempelajari dan memahaminya, seseorang dapat memperkaya pilihan kata atau diksi mereka.
Berikut ini penjelasan lengkap mengenai pengertian, jenis-jenis, manfaat, dan kendala penggunaannya.
Pengertian Sinonim
Secara etimologis, kata “sinonim” berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu “syn” yang berarti “dengan” dan “onoma” yang berarti “nama”. Jadi, sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama.
Secara umum, sinonim adalah hubungan semantik yang menunjukkan adanya kesamaan makna antara satu kata dengan kata lainnya. Hubungan ini bersifat dua arah, yang berarti jika suatu kata bersinonim dengan kata lain, maka keduanya memiliki kesamaan makna.
Misalnya, jika kata “jelek” sama dengan kata “buruk”, maka kata “buruk” juga sama dengan kata “jelek”. Contoh lainnya adalah kata “benar” yang sama dengan kata “betul”, sehingga kata “betul” juga sama dengan kata “benar”.
Hubungan ini ditandai dengan kemampuan dua leksem untuk saling menggantikan dalam sebuah kalimat tanpa mengubah makna. Sinonim yang tidak mengubah makna ini disebut absolute synonym.
Namun, hal ini jarang ditemukan dalam bahasa karena setiap kata cenderung memiliki nuansa makna yang unik.
Jika dua kata bersinonim tidak memiliki makna yang persis sama, kesamaannya terletak pada informasi yang disajikan. Secara sederhana, sinonim disebut sebagai persamaan makna atau padanan kata, sementara antonim disebut sebagai lawan kata.
- Senantiasa – Selalu
- Sempurna – Lengkap
- Menyeluruh – Komprehensif
- Kecil – Mungil
- Pintar – Cerdas
- Santun – Sopan
- Tegas – Bulat
- Terkenal – Populer
- Berlimpah – Melimpah
- Hening – Sunyi
Bentuk bahasa atau ungkapan yang memiliki kesamaan makna dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti antara morfem dengan morfem, kata dengan kata, atau frasa dengan frasa.
- Morfem bebas dengan morfem terikat, seperti “dia” dan “-nya”.
- Kata dengan kata, contohnya “mati” dan “meninggal”, “buruk” dan “jelek”, serta “bunga” dan “puspa”.
- Kata dengan frasa atau sebaliknya, seperti “meninggal” dengan “tutup usia” atau “besar kepala” dengan “sombong”.
- Frasa dengan frasa, misalnya “ayah ibu” dengan “orang tua” atau “meninggal dunia” dengan “berpulang ke rahmatullah”.
- Kalimat dengan kalimat, seperti “adik menendang bola” dan “bola ditendang adik”.
Jenis Sinonim
Ada dua jenis: umum dan konteks. Persamaan kata umum memiliki makna serupa tetapi tak bisa digunakan dalam konteks yang sama. Sementara, persamaan kata konteks bisa saling ditukar dalam konteks tanpa mengubah makna. Jenis ini terdiri dari semirip, mutlak, dan selingkung.
- Semirip merujuk pada kata-kata yang dapat saling bertukar posisi dalam konteks kebahasaan tanpa mengubah makna, baik secara lesikal maupun struktural, terutama dalam kalimat, kata, klausa, dan frasa.
- Mutlak juga memiliki sifat serupa, di mana kata-kata tersebut dapat bertukar posisi tanpa mengubah lesikal dan struktural, tetapi bisa digunakan dalam berbagai konteks kebahasaan.
- Selingkung mengacu pada kata-kata yang dapat bertukar posisi dalam konteks kebahasaan tertentu tanpa mengubah lesikal dan struktural.
Dapatkan berita terbaru! Ikuti kami di Google News dan dapatkan kabar terupdate langsung di genggaman.