SemutAspal

Design Thinking: Pengertian, Tahapan, Contoh

Pengertian design thinking menurut para ahli
Arti design thinking

Apa yang terlintas dalam benakmu saat mendengar istilah design thinking? Mungkin bagi banyak orang, design thinking mencerminkan konsep inovasi, pemikiran kreatif, perubahan paradigma, dan sebagainya. Namun, sebenarnya, pemikiranmu tidak meleset.

Ketiga konsep tersebut memang merupakan tujuan utama dari proses design thinking. Umumnya, kemampuan untuk menerapkan design thinking sangat penting dalam berbagai bidang seperti desain produk, pengalaman pengguna (user experience), arsitektur, dan lainnya.

Namun, perlu dicatat bahwa design thinking tidak hanya relevan dalam konteks profesional semacam itu, melainkan juga berperan penting dalam dunia bisnis.

Metode ini menawarkan sejumlah keunggulan, termasuk penghematan biaya, peningkatan investasi, peningkatan loyalitas pengguna, serta percepatan dalam pengembangan produk.

Terutama, design thinking memiliki peran yang krusial bagi startup. Startup seringkali menghadapi tantangan dalam mengembangkan dan menguji produk atau layanan mereka, sering kali mengalami kegagalan sebelum akhirnya berhasil mendapatkan pendanaan.

Promo garansi Shopee

Dalam konteks ini, kemampuan untuk mendefinisikan masalah dengan baik dan menemukan solusi melalui produk yang inovatif sangat penting, dan di sinilah design thinking menjadi kunci.

Jadi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan design thinking? Bagaimana karakteristik dan penerapannya dalam berbagai konteks? Ikuti terus informasi di bawah ini agar kamu dapat lebih memahami konsep dan praktik design thinking dengan baik.

Apa Itu Design Thinking?

Di dunia maya, banyak sekali definisi mengenai design thinking yang dapat kamu temukan.

Menurut “Interaction Design Foundation”, design thinking dijelaskan sebagai suatu proses yang terjadi berulang kali, dimana kamu berusaha untuk memahami pengguna, menantang asumsi yang ada, merumuskan kembali masalah yang dihadapi, dan akhirnya menciptakan solusi yang efektif.

Sementara menurut “Career Foundry”, design thinking merupakan sebuah ideologi dan proses yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang kompleks dengan fokus pada kebutuhan pengguna.

Dengan kata lain, design thinking adalah suatu pendekatan atau metode untuk memecahkan masalah yang melibatkan proses kognitif, kreatif, dan praktis untuk menjawab kebutuhan manusia sebagai pengguna.

Proses design thinking mencakup serangkaian tahapan seperti analisis konteks, penemuan serta pembingkaian masalah, pembuatan ide dan solusi, berpikir kreatif, membuat sketsa dan menggambar, pembuatan model dan prototipe, serta pengujian dan evaluasi.

Pada intinya, design thinking memerlukan kemampuan untuk:

  • Mengatasi tantangan yang kompleks.
  • Merancang strategi menjadi solusi konkret.
  • Mengadopsi pemikiran abduktif yang kreatif dan produktif.
  • Memanfaatkan media pemodelan non-verbal seperti gambaran visual, grafis, atau model spasial, seperti membuat sketsa dan prototipe.

Dalam prinsipnya, design thinking memberi kita kesempatan untuk merangkak. Dari setiap langkah yang gagal, kita memiliki kesempatan untuk memahami penyebab kegagalan dan bagaimana cara memperbaikinya.

Pendekatan ini juga terkait dengan strategi untuk menciptakan inovasi dalam berbagai konteks, baik dalam bisnis maupun sosial.

Namun, beberapa kritikus menganggap bahwa beberapa aspek dari pendekatan ini terlalu menyederhanakan proses desain, dan tidak cukup menghargai pengetahuan serta keterampilan teknis yang diperlukan.

John E. Arnold dikenal sebagai salah satu perintis dalam penggunaan konsep design thinking. Dalam karyanya “Creative Engineering” (1959), ia mengidentifikasi empat domain utama pemikiran desain.

Arnold menyatakan bahwa melalui pemikiran desain, kita dapat menghasilkan hal-hal seperti solusi fungsional baru yang menjawab kebutuhan dengan cara yang inovatif, peningkatan kinerja solusi yang ada, pengurangan biaya produksi, serta peningkatan daya jual produk.

Menurut prinsip awalnya, design thinking melibatkan beragam jenis inovasi produk, termasuk yang bersifat inkremental (perbaikan kinerja) maupun radikal (penemuan fitur baru).

Arnold menyarankan pendekatan yang seimbang: para pengembang produk perlu mengidentifikasi peluang dalam keempat aspek pemikiran desain. Walaupun memiliki beragam interpretasi, terdapat empat ciri khas yang konsisten muncul dalam konsep design thinking.

1. People-Centered

Kepentingan pengguna sebagai fokus utama dalam pendekatan design thinking menonjol. Pendekatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi pengguna serta menyajikan solusi yang efektif dan bermanfaat bagi mereka.

Dengan demikian, design thinking menekankan pentingnya solusi dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Pendekatan ini menuntut individu untuk menciptakan solusi yang konstruktif untuk mengatasi masalah yang ada.

Dalam penelitian Bryan Lawson, seorang Profesor Arsitektur di Universitas Sheffield, ditemukan bahwa pendekatan pemecahan masalah antara ilmuwan dan desainer berbeda.

Ilmuwan cenderung fokus pada identifikasi masalah, sementara desainer lebih memusatkan perhatian pada solusi. Ini menegaskan bahwa pendekatan berbasis solusi dilakukan secara eksperimental untuk menemukan solusi yang sesuai.

2. Hands-On

Salah satu langkah krusial dalam proses design thinking adalah mengembangkan prototipe untuk mewujudkan ide menjadi produk yang konkret. Tahap ini memungkinkan tim desain untuk melakukan uji coba langsung terhadap produk yang masih dalam tahap pengembangan.

Karakteristik praktis ini menjadi esensi dalam bisnis yang menerapkan pendekatan design thinking. Sebagai contoh, dengan pesatnya pertumbuhan coffeeshop di kota-kota besar.

Meningkatnya jumlah coffeeshop dengan model bisnis yang serupa hanya akan memperketat persaingan di industri tersebut. Namun, pertumbuhan ini tidak selalu diikuti dengan upaya untuk memahami masalah yang dihadapi oleh pecinta kopi.

Akibatnya, kurangnya eksplorasi terhadap masalah tersebut menyebabkan kurangnya inovasi produk yang mampu memberikan solusi yang dibutuhkan.

3. Highly Creative

Banyak yang berpendapat bahwa kreativitas melibatkan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau menghubungkan elemen yang sebelumnya tak terkait. Namun, pada dasarnya, kreativitas memang mengusung konsep kebaruan.

Hal ini sejalan dengan prinsip design thinking yang tidak hanya bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi juga menciptakan solusi yang segar dan menarik bagi pengguna. Jika solusi yang ditawarkan sudah lazim atau telah ada sebelumnya, maka wajar jika pengguna tidak akan begitu tertarik.

4. Iterative

Design thinking dimulai dengan menemukan masalah yang relevan. Mengapa ini penting? Karena preferensi dan kebutuhan pengguna terus berubah. Selain itu, seringkali pengguna tidak sepenuhnya menyadari apa yang mereka inginkan.

Henry Ford, pendiri Ford, pernah mengungkapkan, “Jika aku bertanya kepada pengguna apa yang mereka inginkan, mereka akan menginginkan kuda yang lebih cepat.” Walau akhirnya Ford tidak membuat kuda, tetapi ia berhasil memberikan solusi yang lebih baik, bukan?

Pengguna seringkali tidak menyadari bahwa produk yang dihasilkan akan menjadi sesuatu yang mereka butuhkan hingga produk itu tersedia.

Design thinking bertugas untuk menyelesaikan masalah ini dengan terus menerus mengeksplorasi kebutuhan yang tidak terungkap, hingga dapat memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan sebenarnya.

Proses dalam Design Thinking

Pengertian design thinking menurut para ahli
Pengertian design thinking menurut para ahli

Design thinking bukanlah istilah baru dalam dunia inovasi. Sejak tahun 1960-an, para ahli telah membahas pendekatan desain untuk menyelesaikan masalah secara kreatif.

Istilah design thinking ditemukan oleh John E. Arnold dalam bukunya “Creative Engineering” pada 1959, diikuti oleh L. Bruce Archer pada 1965 yang menekankan perlunya pendekatan sistematis.

Herbert Simon juga berkontribusi melalui artikelnya “The Sciences of The Artificial” pada 1969, yang memperkenalkan 7 langkah menggunakan desain sebagai pendekatan kreatif untuk pemecahan masalah.

Konsep-konsep ini kemudian diadaptasi oleh David Kelley dan Tim Brown dari IDEO, yang mengembangkan 5 tahapan design thinking yang populer saat ini. IDEO melihat kebutuhan akan pendekatan kreatif dalam menangani tantangan yang kompleks di dunia bisnis.

Tahapan Design Thinking

Kelima tahapan Design Thinking tidak bersifat kaku, melainkan bisa dilakukan secara fleksibel dan tidak linear. Dalam proses tersebut, mungkin kamu akan menemukan wawasan baru yang mempengaruhi langkah-langkah berikutnya.

Selain itu, urutan tahapan dapat diubah, dilakukan bersamaan, atau bahkan diulang-ulang untuk menggali solusi yang paling optimal. Untuk pemahaman yang lebih mendalam, gambaran visualnya tersedia di bawah ini.

1. Empathize

Menyelami hati nurani dalam prinsip design thinking merupakan langkah paling krusial. Meskipun tahapan-tahapan ini bisa dilakukan secara bersamaan, namun sebagian besar proyek dimulai dengan tahapan Empathize.

Di sini, kamu perlu menanamkan rasa empati untuk benar-benar memahami pengguna, menangkap keinginan, kebutuhan, serta tujuan mereka. Penting untuk melepaskan segala asumsi dan mulai memahami cara berpikir pengguna.

Untuk melonggarkan ikatan dengan asumsi, kamu dapat mengajukan pertanyaan: apa yang dilakukan pengguna (what), bagaimana ia melakukannya (how), dan mengapa ia melakukannya (why). Tiga pertanyaan tersebut akan membantu dalam mengamati secara objektif.

Untuk memahami pengguna secara menyeluruh, mulai dari dimensi psikologis hingga emosional, interaksi langsung dengan mereka sangatlah penting. Namun, sekarang ini, terdapat beragam cara untuk mendalami pengguna.

Misalnya, dengan menganalisis umpan balik produk atau mengidentifikasi perilaku pengguna di platform media sosial.

2. Define

Setelah menghimpun data terkait pengguna, langkah berikutnya adalah menganalisis data tersebut serta mengidentifikasi masalah atau kendala yang dihadapi oleh pengguna. Tahap definisi dalam design thinking dilakukan untuk merumuskan pernyataan masalah.

Dalam merumuskan masalah, penting untuk mempertimbangkan perspektif pengguna, bukan hanya fokus pada kepentingan perusahaan. Sebagai contoh, kamu mungkin menemukan bahwa ada kebutuhan akan cairan pelindung tangan untuk melawan virus Covid-19.

Dalam menyatakan masalah, lebih baik menggunakan formulasi “Masyarakat Indonesia memerlukan…” daripada “Perusahaan kita harus membuat…”.

Hal ini membantu membedakan dengan jelas pernyataan masalah dari solusi yang diinginkan, serta menghindari kebingungan di kalangan perusahaan terkait dengan penyebutan masalah dan solusi.

3. Ideate

Dengan memahami keluhan pengguna dan merumuskan pernyataan masalah yang jelas, sekarang saatnya kamu mengembangkan beragam ide kreatif sebagai solusi. Proses kreatif ini merupakan titik awal dari pencarian solusi yang efektif.

Menurut Nielsen Norman Group, tahap ideation melibatkan pembuatan sejumlah gagasan tanpa penilaian awal. Oleh karena itu, saat ini kamu memiliki kebebasan penuh untuk mengeksplorasi segala macam ide.

Meskipun begitu, menciptakan ide-ide yang orisinal tidaklah mudah. Beberapa ide mungkin terlihat menarik, sementara yang lain mungkin tidak sepadan. Oleh karena itu, di tahap ini kamu perlu berpikir di luar batas konvensional.

Jika kamu mengalami kesulitan dalam menghasilkan ide-ide brilian, ada beberapa metode ideasi yang dapat kamu terapkan, seperti brainstorming, mindmapping, atau bahkan bodystorming (peran).

4. Prototype

Setelah memilih ide terbaik, langkah selanjutnya adalah merancang visualisasi dari ide tersebut. Proses ini melibatkan percobaan untuk mengubah ide menjadi bentuk yang konkret.

Prototipe merupakan representasi produk yang belum final, berupa simulasi atau contoh yang memungkinkan kamu untuk mengevaluasi ide dan desain yang telah direncanakan, seperti versi beta dalam pembuatan website.

Tahap ini sangat penting untuk menguji apakah produk yang telah dirancang sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

Pada tahap ini, solusi yang diusulkan dapat diterima, diperbaiki, diubah ulang, atau bahkan ditolak. Oleh karena itu, tahapan ini berfungsi untuk mengajukan pertanyaan kritis apakah produk yang ada mampu memenuhi kebutuhan pengguna dengan baik.

5. Test

Pada tahap ini, kamu akan menguji prototype kepada pengguna, sesuai dengan namanya. Meskipun kadang-kadang testing dianggap opsional, namun memiliki manfaat besar, yakni mendapatkan ulasan produk.

Dengan demikian, kamu dapat meningkatkan kualitas produk berdasarkan masukan dari pengguna. Meskipun berada di tahap akhir, bukan berarti proses design thinking telah selesai. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, design thinking merupakan pendekatan yang tidak linear.

Proses pengujian bisa mengungkapkan kelemahan atau peluang dari tahapan-tahapan design thinking sebelumnya. Oleh karena itu, kamu perlu memperbaiki hasil dari tahap yang kurang optimal.

Contohnya, jika hasil pengujian menunjukkan bahwa pengguna tidak begitu membutuhkan produk tersebut, kemungkinan pernyataan masalah yang kamu rumuskan kurang tepat. Maka, kamu harus mengulang kembali mengidentifikasi masalah pada tahapan define.

Contoh Penerapan Design Thinking

Pada kesempatan kali ini, kita akan menggali kesuksesan Gojek dalam mengidentifikasi permasalahan serta menawarkan solusi melalui pendekatan design thinking. Pendiri Gojek, Nadiem Makarim, merasa prihatin ketika banyak orang meragukan potensi ojek sebagai pekerjaan yang profesional.

Keraguan tersebut diatasi melalui terobosan inovatif berupa platform aplikasi yang menghubungkan mitra ojek online dan penumpang dengan Gojek.

Hingga tahun 2020, Gojek telah berhasil menarik perhatian 38 juta pengguna aktif setiap bulannya, meraih predikat sebagai unicorn pada Mei 2017, dan bahkan menjadi decacorn dua tahun kemudian.

Berikut ini adalah tahapan perjalanan Gojek dalam menerapkan prinsip-prinsip design thinking untuk mencapai kesuksesan yang gemilang.

1. Empathize

Nadiem menegaskan pentingnya sektor ojek, dipengaruhi oleh pengalamannya sendiri yang lebih memilih naik ojek untuk menghindari kemacetan di Jakarta. Kesadaran ini muncul karena Nadiem melihat bahwa masyarakat juga menghadapi masalah yang sama dan memerlukan alternatif transportasi.

Melalui pengalaman sering naik ojek, Nadiem dapat memahami perjuangan seorang pengemudi ojek yang bekerja keras selama 14 jam sehari tanpa waktu bersama keluarga, tetapi hanya mengangkut sedikit penumpang. Nadiem turut merasa prihatin dengan nasib para pengemudi ojek tersebut.

2. Define

Nadiem berupaya mengatasi tantangan yang ada dengan menyoroti bahwa setiap hari konsumen dihadapkan pada persoalan kemacetan. Sementara itu, para tukang ojek menghadapi ketidakpastian pendapatan, bahkan setelah berkerja keras sepanjang hari.

Dia juga memperhatikan bahwa meskipun ada banyak ojek tersedia, namun jumlah penumpang yang membutuhkan layanan mereka tidak selalu seimbang. Ironisnya, ketika ada permintaan, ojek yang tersedia seringkali tidak dapat ditemui. Nadiem menyebut fenomena ini sebagai ketidakefisienan pasar.

Oleh karena itu, dia merasa perlu menciptakan inovasi baru untuk mengatasi tantangan tersebut. Pernyataan masalah potensial: “Masyarakat memerlukan alternatif transportasi untuk mengatasi kemacetan di Jakarta dan para tukang ojek membutuhkan kepastian pendapatan dari penumpang.”

3. Ideate

Didorong oleh kekhawatiran masyarakat terhadap kemacetan Jakarta, kebutuhan tukang ojek, dan analisis masalah tersebut, Nadiem mengembangkan sejumlah solusi.

Salah satu gagasan utamanya adalah menciptakan platform yang menghubungkan antara kebutuhan penumpang dan tukang ojek, menjadi landasan untuk produk yang sedang dikembangkannya saat ini.

4. Prototype

Pada tahun 2010, Nadiem mendirikan sebuah pusat panggilan untuk mengoordinasikan layanan ojek tradisional yang melibatkan 20 pengemudi. Respons positif dari masyarakat atas inisiatif ini menjadi landasan bagi Gojek untuk melanjutkan pengembangan aplikasinya.

5. Test

Pada tahun 2015, Gojek meluncurkan aplikasi Go-Ride untuk mengukur respon masyarakat. Dalam waktu singkat, jumlah pendaftar pengemudi melonjak drastis, dari hanya 20 orang menjadi 800 orang pada tahun yang sama.

Keberhasilan Gojek sebagai penghubung antara mitra ojek online dan pelanggan yang membutuhkan transportasi alternatif untuk mengatasi kemacetan Jakarta telah terbukti.

Selain layanan utama tersebut, Gojek terus memperluas jangkauannya dengan menambahkan layanan antar makanan, barang, pembelian produk, jasa kebersihan, dan berbagai layanan lainnya.

Baca juga artikel menarik lainnya di SemutAspal:


Dapatkan berita terbaru! Ikuti kami di Google News dan dapatkan kabar terupdate langsung di genggaman.

Promo garansi Shopee
Yosua Herbi
Herbi adalah seorang Web Developer asal Jawa Tengah lulusan D-3 Manajemen Informatika. Memiliki pengalaman dan kecintaan di bidang geopolitik, keuangan, pemrograman, digital marketing, dan sosial.