Hasil terjemahan:
Selain aplikasi translate Jawa ke Indonesia, pakai juga alat terjemahan lainnya di SemutAspal:
- Translate aksara Jawa
- Translate bahasa Sunda
- Translate aksara Sunda
- Translate bahasa Bali
- Translate aksara Bali
- Translate bahasa Korea
- Translate huruf Hangul
Alat translate bahasa Jawa ke Indonesia dan sebaliknya untuk belajar bahasa Jawa ngoko dan krama. Terjemahkan secara online ke bahasa krama dan ngoko. Ketahui arti dari bermacam kosakata dasar bahasa Jawa yang sering kamu dengar.
Translate Jawa ke Indonesia
- Cari pasangan bahasa yang dibutuhkan pada aplikasi translate Jawa krama alus atau ngoko.
- Terdapat 2 fitur terjemahan: Indonesia ke Jawa dan Jawa ke Indonesia.
- Ketikkan kalimat atau kata pada kotak yang tersedia untuk belajar bahasa Jawa online.
- Klik tombol translate, hasil terjemahan bahasa bisa dilihat.
Alih Bahasa Manual
Kamu mungkin tidak selalu terhubung ke internet untuk menjalankan aplikasi alih bahasa, tapi tips dari SemutAspal membantu penerjemah bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, termasuk belajar bahasa Jawa ngoko.
Cara translate bahasa Jawa ke Indonesia secara manual itu mudah. Sedikit tips dari SemutAspal untuk translate bahasa Indonesia ke bahasa Jawa.
- Imbuhan di dalam bahasa Jawa sama dengan bahasa Indonesia, misal dikumbah = dicuci
- Imbuhan ke dalam bahasa Jawa dipakai seperti bahasa Indonesia, misal kepangan = termakan
- Akhiran en sama dengan akhiran lah, misal ombenen = minumlah
- Akhiran ne/no/ke sama dengan akhiran kan, misal bukakno = bukakan
- Akhiran ne juga bisa dipakai seperti partikel nya, misalnya udanne = hujannya
- Bahasa Jawa krama kerap memakai imbuhan dipun- dan -ipun
Itu merupakan langkah-langkah untuk menerjemahkan bahasa Indonesia menjadi ngoko lugu dan ngoko andhap.
Translate Bahasa Jawa
Aplikasi ini dapat melakukan alih bahasa dari Jawa ngoko, ngoko alus, krama lugu, krama alus menjadi bahasa Indonesia. Cocok untuk memahami urutan bahasa Jawa dan belajar bahasa Jawa online.
- Memahami kosakata bahasa Jawa dalam percakapan sehari hari
- Alih bahasa menjadi Jawa krama
- Belajar bahasa Jawa dan artinya
Definisi
Bahasa Jawa (disebut juga “basa Jawa”) dipakai mayoritas suku Jawa bertutur kata dalam interaksi sehari hari, termasuk dalam belajar bahasa Jawa ngoko atau krama. Sejarahnya dibagi menjadi dua fase: bahasa Jawa Baru dan Jawa Kuno.
Bahasa ini merupakan bahasa daerah dengan jumlah penutur terbanyak di Indonesia, kurang lebih 42% populasi. Mayoritas penuturnya menempati Pulau Jawa, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bahasa Jawa, yang termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, memiliki penyebaran luas di dunia. Bahasa ini memiliki hubungan kekerabatan yang paling erat dengan bahasa-bahasa yang digunakan di wilayah tetangganya, seperti bahasa Madura, Sunda, dan Bali.
Negara yang sebagian penduduknya menggunakan bahasa Jawa:
Jika kamu hendak mengutarakan kata kata cinta dengan bahasa daerah satu ini, buka artikel tentang Bahasa Jawa Aku Cinta Kamu.
Secara sederhana, sejarah perkembangan bahasa ini dapat dikelompokkan jadi dua fase berbeda, yakni Jawa Kuno & Jawa Baru.
Tingkatan Bahasa Jawa: Ngoko, Madya, Krama
Dalam bahasa Jawa, terdapat tingkatan bahasa seperti ngoko, madya, dan krama. Ini penting untuk memahami tingkatan bahasa Jawa dan aplikasi translate Jawa krama alus.
1. Ngoko Lugu
Ngoko lugu adalah ragam bahasa Jawa yang umumnya digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Lazim terjadi dalam interaksi antar individu dengan status setara atau lebih tinggi yang berkomunikasi dengan individu berstatus lebih rendah.
Bentuk bahasa ini mencerminkan kedekatan dan keakraban dalam pergaulan sehari-hari, menciptakan ruang komunikasi yang santai dan akrab di antara mereka yang terlibat dalam percakapan.
Ngoko lugu biasanya dihindari dalam interaksi dengan orang tua karena bisa dianggap tidak sopan. Namun kerap dipakai ketika berinteraksi dengan orang yang lebih muda.
2. Ngoko Alus
Bahasa Jawa ngoko alus adalah bentuk bahasa yang mencakup kata-kata ngoko namun diselipi dengan unsur kata krama.
Gaya berbicara ini kerap diadopsi dalam interaksi dengan individu asing atau memerlukan penunjukan rasa hormat tambahan, di mana pelafalan kata-kata ngoko diimbangi dengan penyisipan elemen bahasa krama.
Pendekatan ini mencerminkan upaya untuk menyesuaikan diri dengan tingkat sopan-santun yang diharapkan dalam percakapan, menciptakan suasana komunikasi yang lebih ramah dan penuh taktis.
Dengan demikian, ngoko alus bukan hanya sebagai bentuk ekspresi linguistik, melainkan juga strategi efektif untuk menjaga kesopanan dan harmoni dalam berkomunikasi dengan beragam lapisan masyarakat.
3. Krama Inggil
Pengertian krama inggil (disebut juga “krama alus”) merupakan bahasa Jawa yang paling sopan. Inggil dalam bahasa Jawa berarti tinggi.
Bahasa Jawa halus ini digunakan untuk berbicara kepada orang yang disegani. Contoh bahasa krama inggil dalam keseharian:
- Murid sekolah berbicara pada guru
- Anak pada orang tua
- Individu atau kelompok yang perlu dihormati
- Orang berstrata rendah kepada orang berstrata tinggi
Bagi orang yang pertama kali belajar bahasa Jawa bingung membedakan bahasa Jawa krama alus dan krama lugu. Sebuah ciri krama alus bisa dilihat dari penggunaan diksi “panjenengan” yang berarti “Anda“.
4. Krama Lugu
Kramantara (disebut juga “krama lugu”) merupakan krama versi terbaru dengan tingkat kesopanan lebih rendah dari krama alus.
Kramantara dipakai oleh orang yang setara secara latar belakang, kedudukan, atau pangkat berkomunikasi, misal:
- Orang yang saling tidak mengenal karena baru bertemu
- Orang tua ke orang yang lebih muda
Penggunaan krama lugu dalam interaksi terlihat pada penggunaan kata “sampeyan” sebagai kata ganti orang kedua.
Orang yang berinteraksi dengan bahasa ini dapat berubah menjadi krama alus atau turun menjadi ngoko setelah mengetahui profil lawan bicara.
Lihat kamus bahasa Jawa Indonesia untuk menerjemahkan kata dalam bahasa Jawa.
Contoh Kalimat Bahasa Jawa
Simak contoh penggunaan bahasa krama lugu dan krama alus untuk lebih memahami, sekaligus melatih belajar bahasa Jawa ngoko atau krama.
- Bahasa Jawa krama alus: Panjenengan saking pundi?
- Kalimat krama lugu: Sampeyan saking pundi?
- Contoh ngoko alus: Sampeyan seko ngendi?
- Contoh ngoko lugu: Kowe seko ngendi?
- Bahasa Indonesia: Kamu dari mana?
Dialek Bahasa Jawa: Timur, Tengah, Barat
Definisi dialek daerah merupakan kelompok bahasa menurut budaya, karakter, dan wilayah. Penulis Studies in Javanese morfology membagi bahasa Jawa menjadi 3 kelompok, yaitu:
- Kelompok timur (disebut juga “Jawa Timuran”) yang mayoritas dipakai masyarakat Jawa Timur, seperti di Kota Surabaya dan Malang.
- Kelompok tengah yang dianggap sebagai bahasa Jawa standar. Wilayah yang masuk kelompok ini adalah D.I. Yogyakarta dan Surakarta.
- Dialek barat (disebut juga “dialek Ngapak”) yang mayoritas dituturkan di Banyumas dan Pekalongan.
Sistem Aksara
Jawa modern dapat ditulis memakai tiga sistem penulisan yakni abjad Pegon, aksara Jawa, dan huruf Latin.
1. Aksara Jawa
Aksara Jawa, dari rumpun Brahmi, muncul sebagai hasil turunan aksara Pallawa melalui perantaraan aksara Kawi ketika abad ke-16 selama masa puncak dan akhir Kerajaan Majapahit.
Kamu bisa menggunakan alat translate aksara Jawa dari SemutAspal untuk belajar aksara ini. Selain itu, kamu juga bisa membaca Pepak Basa Jawa untuk membantu.
Gambar di atas hanya menampilkan aksara dasar tanpa pasangan, tanda baca, angka, dan atribut vokal seperti pepet maupun taling tarung.
2. Abjad Pegon
Bersamaan dengan masuknya Islam ke Jawa, abjad Pegon dengan keterkaitannya pada abjad Jawi, mengadopsi huruf Arab standar dan menambahkan beberapa huruf baru.
Perkembangan sistem penulisan ini terjadi selama periode kejayaan Demak hingga Pajang di Jawa.
Huruf Pegon tanpa memiliki harakat disebut sebagai Gundhil. Sistem penulisan ini merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan di pesantren-pesantren Jawa.
Istilah “Pegon” sendiri mengandung makna “menyimpang”, yang mengindikasikan bahwa penggunaan abjad Arab untuk menulis bahasa Jawa merupakan hal yang tidak biasa.
3. Alfabet Latin
Proses Latinisasi di Nusantara telah dimulai sejak masa kolonial, namun baru mulai mengalami perkembangan signifikan ketika abad ke-17 ketika teknologi percetakan menjadi populer di Hindia Belanda.
Walaupun demikian, penggunaan alfabet tidak langsung memfasilitasi pemerintah pada masa itu untuk menulis dalam bahasa daerah. Standar transkripsi pertama untuk aksara Jawa ke huruf Latin yaitu Paugeran Sriwedari, yang diciptakan di Surakarta tahun 1926.
4. Aksara Lain
Di masa lalu, Jawa Kuna memanfaatkan aksara Nagari dan Kawi sebagai metode penulisan utamanya. Ini ditemukan dalam berbagai prasasti yang berasal dari periode antara abad ke-8 sampai abad ke-16 Masehi.
Sistem penulisan tersebut terus mengalami perkembangan, baik dalam hal bentuk maupun tipografinya.
Kamus Bahasa Jawa dan Artinya
Lihat juga tabel berisi kata atau frasa umum untuk menerjemahkan bahasa Jawa ke Indonesia.
Bahasa Indonesia | Ngoko | Krama Madya / Krama Lugu | Krama Inggil / Krama Alus |
---|---|---|---|
Saya | Aku | Kula | Dalem |
Kamu | Kowe | Sampeyan | Panjenengan |
Kita | Awakedhewe | Kita | Kula lan panjenengan |
Dia | Deweke | Piyambake | Piyambakipun |
Ini | Iki | Niki | Puniki |
Itu | Kui | Nika | Punika |
Apa | Apa | Punapa | Punapa |
Kapan | Kapan | Kala punapa | Kala punapa |
Dimana | Ngendhi | Ing pundhi | Wonten pundhi |
Yang Mana | Singndhi | Pundhi | Ingkang pundhi |
Siapa | Sapa | Sinten | Sinten |
Mengapa, kenapa | Ngapa | Menapa | Kadhos menapa |
Bagaimana | Piye | Pripun | Kadhos pundhi |
Ya | Iya | Inggih | Inggih |
Tidak | Ora | Mboten | Mboten |
Barangkali | Menawa | Menawi | Menawi |
Satu | Siji | Setunggal | Setunggal |
Dua | Loro | Kalih | Kalih |
Tiga | Telu | Tiga | Tiga |
Empat | Papat | Sekawan | Sekawan |
Lima | Lima | Gangsal | Gangsal |
Enam | Enem | Enem | Enem |
Tujuh | Pitu | Pitu | Pitu |
Delapan | Wolu | Wolu | Wolu |
Sembilan | Sanga | Sanga | Sanga |
Sepuluh | Sepuluh | Sedasa | Sedasa |
Sebelas | Sewelas | Sewelas | Sewelas |
Dua belas | Rolas | Kalihwelas | Kalihwelas |
Tiga belas | Telulas | Tigawelas | Tigawelas |
Empat belas | Patbelas | Sekawanwelas | Sekawanwelas |
Lima belas | Limalas | Gangsalwelas | Gangsalwelas |
Enam belas | Nembelas | Nembelas | Nembelas |
Tujuh belas | Pitulas | Pitulas | Pitulas |
Delapan belas | Wolulas | Wolulas | Wolulas |
Sembilan belas | Sangalas | Sangalas | Sangalas |
Dua puluh | Rongpuluh | Kalihdasa | Kalihdasa |
Dua puluh satu | Selikur | Selikur | Selikur |
Dua puluh dua | Rolikur | Rolikur | Rolikur |
Dua puluh tiga | Telulikur | Telulikur | Telulikur |
Dua puluh empat | Patlikur | Patlikur | Patlikur |
Dua puluh lima | Selawe | Selangkung | Selangkung |
Dua puluh enam | Nemlikur | Nemlikur | Nemlikur |
Dua puluh tujuh | Pitulikur | Pitulikur | Pitulikur |
Dua puluh delapan | Wolulikur | Wolulikur | Wolulikur |
Dua puluh sembilan | Sangalikur | Sangalikur | Sangalikur |
Tiga puluh | Telungpuluh | Tigangdasa | Tigangdasa |
Empat puluh | Petangpuluh | Sekawandasa | Sekawandasa |
Lima puluh | Seket | Seket | Seket |
Enam puluh | Suwidak | Suwidak | Suwidak |
Tujuh puluh | Pitungpuluh | Pitungdasa | Pitungdasa |
Delapan puluh | Wolungpuluh | Wolungdasa | Wolungdasa |
Sembilan puluh | Sangangpuluh | Sangangdasa | Sangangdasa |
Seratus | Satus | Setunggalatus | Setunggalatus |
Lima ratus | Limangatus | Limangatus | Limangatus |
Enam ratus | Nematus | Nematus | Nematus |
Seribu | Sewu | Setunggalewu | Setunggalewu |
Orang | Uwong | Tiyang | Piyantun |
Laki-laki | Lanang | Jaler | Kakung |
Perempuan | Wedhok/Wadhon | Estri | Putri |
Ayah | Bapak | Bapa | Rama |
Ibu | Ibu | Biyung | Ibu |
Anak | Lare | Putra | Putra |
Nama | Jeneng | Asma | Asmanipun |
Uang | Duwit | Artho | Artho |
Kamar kecil | (Kamar) Mburi | (Kamar) Wingking | (Kamar) Wingking |
Air | Banyu | Toya | Toya |
Jalan | Dalan | Mergi | Mergi |
Semua | Kabeh | Sedaya | Sedanten |
Terima kasih | Nuwun, suwun | Maturnuwun, matursuwun | Maturnuwun, matursuwun |
Selamat jalan | Sugeng tindak | Sugeng tindak | Sugeng tindak |
Belum | Durung | Dereng | Dereng |
Karena | Sebabe/mergo | Amargi | Amargi |
Tetapi | Ning | Ananging | Ananging |
Bisa | Isa | Saged | Saged |
Punya | Duwe | Gadhah | Kagungan |
Ada | Ana | Wonten | Wonten |
Mau | Gelem | Kersa | Kersa |
Jangan | Ojo | Ampun | Ampun |
Pergi | Lungo | Tindhak | Tindhak |
Datang | Teko | Rawuh | Rawuh |
Berjalan | Mlaku | Mlampah | Tindak |
Bicara | Omong | Wicanten | Ngendika, ngendikan |
Bilang | Ngomong | Dawuh | Dawuh |
Lihat | Ndelok | Ningali | Mirsani |
Mengerti | Ngerti | Ngertos | Ngertos |
Makan | Mangan | Nedha | Dhahar |
Minum | Ngombe | Ngunjuk | Ngunjuk |
Dengar | Krungu | Mireng | Midhanget |
Tahu | Ngerti | Ngertos | Ngertos |
Memberi | Ngekeki, Aweh | Nyukani, Wenehi | Maringi |
Suka | Seneng | Remen | Remen |
Cinta | Seneng | Remen | Tresna |
Beli | Tuku | Tumbas | Mundhut |
Pasar | Pasar | Peken | Peken |
Jauh | Adoh | Tebih | Tebih |
Dekat | Cedak | Cerak | Cerak |
Semut | Semut | Semut | Semut |
Yaitu | Yaiku | Yaiku | Inggih punika |
Setiap hari | Saben dino | Saben dinten | Saben dinten |
Ikut | Melu, Anut | Tumut | Dherek |
Mau, Akan | Arep, Meh, Ameh | Ajeng | Kersa |
Benar | Bener | Leres | Kasinggihan |
Dulu | Mbiyen | Riyin, Kala mben | Rumiyin |
Tinggi | Dhuwur | Inggil | Luhur |
Lupa, Kelupaan | Lali, Kelalen | Kesupen | Kalimengan |
Sakit | Lara | Gerah | Sakit |
Duduk | Linggih | Lenggah | Pinarak |
Lewat | Liwat | Langkung | Miyos |
Sembuh | Mari | Mantun | Dhangan |
Berguna | Kanggo | Kangge | Kangge |
Sama-sama | Podho-podho | Sami-sami | Sami-sami |
Kira-kira | Kiro-kiro | Kinten-kinten | Kinten-kinten |
Lebih | Luih | Langkung | Langkung |
Sangat, sekali | Banget | Sanget | Sanget |
Dari | Seko | Saking | Saking |
Sekarang | Saiki | Sakpunika | Sakpunika |
Baru | Anyar | Enggal | Enggal |
Tua | Tuo | Sepuh | Sepuh |
Panjang | Dowo | Panjang | Panjang |
Pendek | Cendek | Cendak | Cendak |
Murah | Murah | Mirah | Mirah |
Mahal | Larang | Awis | Awis |
Panas | Panas | Benther | Benther |
Dingin | Adem, atis | Asrep | Asrep |
Kemarin | Wingi | Kala wingi | Kala wingi |
Dulu | Mbien, ndek mben | Kala mben | Kala mben |
Besok | Sesuk | Mbenjang | Mbenjing |
Atas | Nduwur | Inggil | Inggil |
Bawah | Ngisor | Andap | Andap |
Lapar | Ngelih | Luwe | Luwe |
Bahagia | Seneng | Rahayu | Rahayu |
Maaf | Ngapunten | Ngapura | Ngapura |
Pagi | Esuk | Injing | Injing |
Siang | Awan | Siang | Siang |
Sore | Sore | Sonten | Sonten |
Malam | Wengi | Dalu | Dalu |
Berapa | Piro | Pinten | Pinten |
Silakan | Monggo | Monggo | Monggo |
Lagi apa? Sedang apa? | Lagi ngopo? | Nembe napa? | Nembe napa? |
Apa kabar? Bagaimana kabarnya? | Piye kabare? | Pripun kabare? | Kadhos pundhi kabare? |
Semangat | Semangat | Semangat | Semangat |
Ganteng | Ganteng, bagus | Ganteng, bagus | Ganteng, bagus |
Pepaya | Kates | Kates | Kates |
Rumah | Omah | Griya | Padaleman |
Permisi | Amit | Kulo nuwun | Kulo nuwun |
Pacar | Yang | Pacar | Pacar |
Mandi | Adus | Siram | Siram |
Anjing | Kirik | Segawon | Segawon |
Selamat ulang tahun | Sugeng ambal warsa | Sugeng ambal warsa | Sugeng ambal warsa |
Sama sama, terima kasih kembali | Podho-podho | Sami-sami | Sami-sami |
Setelah, setelahnya | Sak bare | Sak lajengipun | Sak lajengipun |
Dan | Karo, mbek, lan | Kalih | Kalih |
Air | Banyu | Toya | Toya |
Utara, ke utara | Lor, ngalor | Ler, ngaler | Ler, ngaler |
Barat, ke barat | Kulon, ngulon | Kilen, ngilen | Kilen, ngilen |
Selatan, ke selatan | Kidul, ngidul | Kidul, ngidul | Kidul, ngidul |
Timur | Etan, ngetan | Wetan, ngetan | Wetan, ngetan |
Sana, ke sana | Mrono, rono | Mrika | Mrika |
Sini, ke sini | Mrene, rene | Mriki | Mriki |
Anjing | Kirik, asu (anak anjing) | Segawon | Segawon |
Dah, sudah | Wis, uwis | Pun, sampun | Pun, sampun |
Seratus lima puluh | Satus seket | Setunggalatus seket | Setunggalatus seket |
Baca juga artikel terkait Jawa lainnya di SemutAspal:
- Tembang macapat
- Pidato bahasa Jawa
- Cerkak bahasa Jawa
- Pidato perpisahan bahasa Jawa
- Pembahasan tentang weton
Dapatkan berita terbaru! Ikuti kami di Google News dan dapatkan kabar terupdate langsung di genggaman.