
Kita mungkin mengenal keindahan pariwisata Bali. Tapi sedikit dari kita yang masih ingat tentang sejarah sebuah kerajaan di Bali. Kali ini kita akan membahas sejarah sebuah kerajaan di Pulau Bali secara mendalam. Mari kita mulai sekarang.
Sejarah Kerajaan Bali
Melalui beberapa prasasti, kita dapat melihat bahwa dulunya ada sebuah kerajaan di Bali. Kerajaan tersebut konon bernama Kerajaan Bedahulu. Kerajaan tersebut eksis dari sekitar abad ke-8 hingga abad ke-14 ketika ditaklukkan oleh Majapahit.
Ketika Majapahit runtuh, banyak orang Majapahit yang pindah ke Bali untuk menyelamatkan hidupnya. Untuk itulah, muncul keyakinan bahwa masyarakat Bali mewarisi tradisi Majapahit.
Agama Kerajaan Bali
Mayoritas rakyat Kerajaan Bali beragama Hindu. Namun, agama yang berkembang di Bali bukan hanya Hindu, terdapat pula pemeluk Buddha, animisme, dan dinamisme. Dalam menjalankan roda pemerintahan, seorang raja dituntun oleh nilai-nilai Hindu.
Sampai sekarang, masyarakat Bali masih banyak yang menganut agama Hindu. Meski demikian, agama Hindu yang mereka anut telah bercampur dengan budaya masyarakat asli Bali sebelum Hindu.
Masyarakat Bali sebelum Hindu merupakan kelompok masyarakat yang terikat oleh hubungan keluarga dan memuja roh-roh leluhur yang dianggap dapat menolong dan melindungi kehidupan keluarga yang masih hidup.
Melalui proses sinkretisme tersebut, lahirlah agama Hindu Bali yang bernama Hindu Dharma. Mayoritas penduduk Kerajaan Bali menganut agama Hindu Dharma yang merupakan hasil sinkretisme antara kepercayaan Hindu aliran Saiwa, Waisnawa, dan Brahma dengan kepercayaan asli suku Bali.
Silsilah Raja Raja Kerajaan Bali
Berikut daftar raja yang berpengaruh bagi kemajuan masyarakat dan kerajaan Bali.
1. Sri Kesari Warmadewa (914)
Pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Bali adalah Sri Kesari Warmadewa. Hal ini tertulis di dalam Prasasti Blanjong yang berangka tahun 914, kerajaan ini di bawah kepemimpinan Sri Kesari Warmadewi yang beristana di Singhadwalawa.
2. Sri Ugrasena (915-942)
Raja berikutnya adalah Sri Ugrasena yang beristana di Singhamadawa. 9 prasasti menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Sri Ugrasena terjadi banyak perubahan.
Beberapa di antaranya adalah pembangunan tempat-tempat suci dan pembebasan pajak untuk beberapa wilayah yang dikuasainya. Wafatnya Sang Ratu didharmakan di Air Mandatu.
3. Tabanendra Warmadewa (955-967)
Gelar Tabanendra Warmadewa sebagai raja adalah Sang Ratu Aji Tabanendra Warmadewa. Pada masa pemerintahannya, beliau memberikan izin kepada rakyat untuk membuat Air Madatu.
4. Jayasingha Warmadewa (960-975)
Terjadi pertentangan mengenai status Jayasingha Warmadewa sebagai keturunan Tabanendra karena pada tahun 960, Jayasingha Warmadewa menjadi raja.
Pendapat lain menyatakan bahwa sebelum Tabanendra lengser keprabon, beliau adalah putra mahkota yang telah diangkat menjadi raja. Raja Jayasingha yang membuat Tirta Empul di Tampaksiring yang airnya bersumber dari Desa Manukraya.
5. Jayashadu Warmadewa (975-983)
Beliau adalah raja yang bijak dan sangat peduli dengan fasilitas keagamaan. Beliau memerintahkan untuk merawat dan memperbaiki pura-pura dan pertapaan yang telah ada. Selain itu, armada kerajaan pun diperkuat dengan persenjataan yang lebih baru.
6. Sri Wijaya Mahadewi
Tak hanya pria, Kerajaan Bali juga sempat dipimpin oleh seorang wanita bergelar Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Masyarakat Bali tidak mengenal nama “Wijaya” namun Makudur, Madihati, dam Pangkaja.
Menurut pendapat dari Stein Callenfels, ratu adalah keturunan Sriwijaya. Namun, Damais menduga bahwa sang ratu merupakan putri dari Empu Sendok (Jawa Timur). Hal tersebut didasarkan pada namanya.
7. Dharma Udayana Warmadewa (1001-1011)
Bersama permaisurinya yang bernama Mahendradatta, putri Raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur, masa kejayaan Kerajaan Bali berhasil diraih.
Sebelum naik tahta, banyak yang menduga bahwa baliau berada di Jawa Timur karena namanya tercatat dalam Prasasti Jalatunda. Pernikakan Udayana dengan Mahendradatta membuat pengaruh kebudayaan Jawa di Bali semakin kuat.
Bukti sejarah yang mendukung adalah penggunaan bahasa Jawa Kuno dalam penulisan prasasti dan pembentukan dewan penasihat seperti yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan di Jawa.
8. Marakata (1011-1022)
Marakata bergelar Dharmawangsawardhana Marakata Pangkajasthana Uttunggadewa. Masa pemerintahan Marakata bersamaan dengan masa pemerintahan Airlangga di Jawa Timur.
Stutterheim berpendapat bahwa Marakata sebenarnya adalah Airlangga karena terdapat kesamaan unsur nama dan masa pemerintahan. Terlebih lagi gaya kepemimpinan dan kepribadiannya mirip.
Marakata dikenal sebagai raja yang bijaksana karena beliau mengayomi rakyat. Tak hanya itu, Marakata juga membangun sebuah candi atau persada yang berada di Tapaksiring, Bali.
9. Anak Wungsu (1049-1077)
Anak Wungsu, anak terakhir Udayana, adalah raja Bali dengan gelar Paduka Haji Anak Wungsu Nira Kalih Bhatari Lumah i Burwan Bhatara Lumah i Banu Wka.
Raja Kesembilan Kerajaan Bali ini dianggap sebagai penjelmaan salah satu Trimurti yakni Dewa Wisnu. Anak Wungsu tidak memiliki keturunan sebagai putra mahkota.
Sebanyak 28 prasasti yang tersebar di seluruh wilayah kerajaan dibuat semasa pemerintahan Anak Wungsu. Beliau wafat pada tahun 1077 dan dimakamkan di kawasan Gunung Kawi (dekat Tampaksiring).
10. Jaya Sakti (1133–1150)
Masa pemerintahan Jaya Sakti sezaman dengan masa pemerintahan Jayabaya di Kediri. Pada masa pemerintahannya, Jaya Sakti dibantu oleh penasihat pusat yang terdiri dari para senapati dan pemuka agama, baik Hindu maupun Buddha.
Kitab undang-undang yang digunakan semasa kepemimpinan Jaya Sakti adalah kitab Utara Widdhi Balawan dan kitab Rajawacana.
11. Bedahulu (1343)
Bedahulu adalah raja Bali yang bergelar Sri Astasura Ratna Bhumi Banten Bedahulu. Semasa beliau memimpin, dua patih membantu beliau mengurus kerajaan. Kedua patih tersebut ialah Pasunggrigis dan Kebo Iwa.
Bedahulu adalah raja terakhir Kerajaan Bali karena Bali berhasil ditaklukkan oleh Gajah Mada dari Majapahit.
Peninggalan Sejarah

Meskipun pada masa pemerintahan Anak Wungsu dinyatakan bahwa terdapat 28 prasasti yang dibuat, jumlah tersebut tidak dapat kita lihat sekarang karena banyak prasasti Kerajaan Bali yang hilang dan belum ditemukan.
Selain prasasti, terdapat pula candi dan pura peninggalan Kerajaan Bali. Bukti sejarah Kerajaan Bali tersebut antara lain:
- Prasasti Panglapuan
- Prasasti Blanjong
- Candi Padas
- Prasasti Gunung Panulisan
- Candi Wasan
- Candi Mengening
- Pura Agung Besakih
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Bali
Kehidupan ekonomi yang berkembang di Bali adalah sektor pertanian. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kata-kata yang terdapat dalam berbagai prasasti yang menunjukkan usaha dalam sektor pertanian, seperti:
- Suwah
- Parlak (sawah kering)
- Gaga (ladang)
- Kebwan (kebun)
- Kaswakas (pengairan sawah)
Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Bali
Kehidupan sosial Kerajaan Bali banyak dipengaruhi oleh ajaran Hindu. Struktur masyarakat Bali dibagi ke dalam empat kasta yaitu brahmana, ksatria, waisya, dan sudra.
Meski begitu, pembagian kasta ini tidak seketat seperti India. Begitu pula dalam pemberian nama awal pada anak-anak di lingkungan masyarakat Bali memiliki cara yang khas.
- Wayan untuk anak pertama
- Made untuk anak kedua
- Nyoman untuk anak ketiga
- Ketut untuk anak keempat
Ada juga Putu yang merupakan nama panggilan anak pertama kasta brahmana dan ksatria.
Buka juga artikel terkait lainnya berikut ini:
- Sejarah Kerajaan Sriwijaya
- Tari yapong
- Contoh alat musik ritmis
- Fakta menarik Menara Eiffel
- Kapal terbesar di dunia
- Teori masuknya Islam ke Indonesia
- Kerajaan Islam di Indonesia
- Perang dingin
- Isi teks sumpah pemuda
Dapatkan berita terbaru! Ikuti kami di Google News dan dapatkan kabar terupdate langsung di genggaman.
- Sejarah Kerajaan Bali
- Agama Kerajaan Bali
- Silsilah Raja Raja Kerajaan Bali
- 1. Sri Kesari Warmadewa (914)
- 2. Sri Ugrasena (915-942)
- 3. Tabanendra Warmadewa (955-967)
- 4. Jayasingha Warmadewa (960-975)
- 5. Jayashadu Warmadewa (975-983)
- 6. Sri Wijaya Mahadewi
- 7. Dharma Udayana Warmadewa (1001-1011)
- 8. Marakata (1011-1022)
- 9. Anak Wungsu (1049-1077)
- 10. Jaya Sakti (1133–1150)
- 11. Bedahulu (1343)
- Peninggalan Sejarah
- Kehidupan Ekonomi Kerajaan Bali
- Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Bali