SemutAspal

Virus: Pengertian, Struktur Tubuh, Jenis

Struktur tubuh virus
Struktur tubuh virus

Penyakit yang umumnya meresahkan manusia dipicu oleh mikroorganisme tak terlihat, seperti virus. Virus, sebagai parasit, bergantung pada inangnya untuk hidup dan seringkali mengakibatkan penyakit serius bahkan kematian.

Untuk informasi lebih mendalam mengenai sifat dan dampaknya, mari simak penjelasan selengkapnya!

Pengertian

Asal-usul istilah “virus” dapat ditelusuri ke bahasa Latin, merujuk pada “virion” yang artinya racun. Kehadirannya terus berkembang, menjadikannya sulit untuk dimatikan atau lenyap. Bahkan, potensi munculnya varian baru dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau makhluk lain.

Virus, sebagai bagian dari mikroorganisme, memiliki dimensi mikroskopis, seringkali lebih kecil dari 1 mikron (0,001 mm). Sebagai parasit, ia membutuhkan inang untuk bertahan hidup dan bereproduksi.

Proses replikasi terjadi ketika bibit penyakit ini memasuki tubuh inangnya, bahkan dengan kemampuan beberapa spesies untuk merusak sel inang guna memperbanyak diri.

Promo garansi Shopee

Perlu dicatat bahwa tanpa inang, bibit penyakit ini tidak dapat bereplikasi diri dan bertahan hidup. Beberapa jenis bibit penyakit ini bahkan dapat menghancurkan sel inangnya untuk memastikan reproduksi yang sukses.

Oleh karena itu, bibit penyakit ini menjadi sangat tergantung pada keberadaan inangnya, dan tanpanya, ia tidak dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.

Ciri-Ciri

Status kehidupannya sering diperdebatkan karena tidak dapat menjalankan fungsi biologis secara bebas. Terkait dengan penyakit manusia, hewan, dan tanaman, bibit penyakit ini memiliki ciri-ciri unik:

  1. Hanya mengandung satu jenis asam nukleat (DNA atau RNA), diselubungi oleh kapsid atau selubung protein.
  2. Ukurannya sangat kecil, berkisar 25-300 nm, setara dengan 10-9 m.
  3. Tidak memiliki bentuk sel, inti sel, membran plasma, dan sitoplasma.
  4. Hanya dapat hidup sebagai parasit intraseluler obligat, bergantung pada sel hidup.
  5. Sebagai makhluk metaorganisme, merupakan peralihan antara benda mati dan makhluk hidup.
  6. Memiliki berbagai bentuk tubuh, seperti bulat, batang, bentuk T, dan silindris.

Struktur Tubuh Virus

Struktur tubuhnya terdiri dari dua elemen kunci, yakni asam nukleat (DNA atau RNA) dan kapsid. Selain itu, asam nukleat dapat berupa DNA (asam deoksiribonukleat) atau RNA (asam ribonukleat).

Secara keseluruhan, struktur tubuhnya dapat diuraikan menjadi empat bagian utama, meliputi kepala, isi tubuh, ekor, dan kapsid.

1. Kepala

Strukturnya mencakup kepala yang berisi DNA atau RNA, sebagai material genetik inti kehidupannya. Kepala ini diselubungi oleh kapsid, suatu pelindung protein yang terdiri dari berbagai protein.

Variabilitas bentuk kapsid tergantung pada jenis virusnya, dapat mengambil bentuk bulat, polihedral, heliks, atau struktur kompleks lainnya. Kapsid sendiri terdiri dari banyak kapsomer atau sub-unit protein, menambah kompleksitas dan keunikannya.

2. Isi Tubuh

Dalam tubuhnya, dikenal sebagai virion, terdapat bahan genetik yang mewakili salah satu jenis asam nukleat, yakni DNA atau RNA. Variasi jenis asam nukleat ini akan menentukan struktur fisiknya, yang bisa berbentuk kubus, bulat, atau polihedral.

Sebagai contoh, virus penyebab polyomyelitis, influenza, dan radang mulut dan kuku umumnya memiliki isi tubuh berupa RNA dengan bentuk yang mencirikan keunikannya.

3. Ekor

Ekor, sebagai unsur penting dalam anatomi bibit penyakit ini, berperan sebagai mekanisme khusus untuk mengikat dirinya pada sel inang.

Struktur ekor yang melekat pada kepala umumnya terdiri dari sejumlah tabung tertutup yang mengandung benang dan serat halus sebagai elemen-elemen yang menarik perhatian.

4. Kapsid

Kapsid, rangkaian kapsomer, berperan sebagai pembungkus untuk DNA atau RNA. Fungsinya melibatkan pembentukan dan perlindungan dari lingkungan eksternal.

Struktur kapsid, terletak di luar, mengandung sejumlah besar protein yang disebut kapsomer. Keragaman bentuk kapsid memengaruhi tampilan keseluruhan.

Sejarah

Sejarah penemuan mikroorganisme parasit ini masih jarang dikenal banyak orang. Oleh karena itu, kita akan menjelajahi sedikit lebih dalam mengenai momen penemuan pertama kali entitas ini.

1. Adolf Meyer

Adolf Meyer, seorang ilmuwan Jerman pada tahun 1883, menemukan virus melalui pengamatan pada daun tembakau yang muncul bitnik-bintik kuning. Melalui penelitiannya, ia menyemprotkan getah tembakau pada daun sehat, menyebabkan munculnya bitnik-bintik kuning.

Dengan rasa penasaran, Meyer menggunakan mikroskop dan menemukan bahwa daun yang terinfeksi tidak mengandung bakteri. Ini membawanya pada kesimpulan bahwa ada makhluk yang lebih kecil dari bakteri yang menyebabkan penyakit pada daun tembakau.

2. Dmitri Ivanovsky

Setelah penemuan Adolf Meyer pada tahun 1892, ilmuwan Rusia bernama Dmitri Ivanovsky melanjutkan penelitian serupa.

Berbeda dengan Meyer, Ivanovsky menggunakan metode penyaringan bakteri terhadap getah. Hasilnya, getah tersebut disemprotkan ke daun tembakau sehat, yang akhirnya mengalami transformasi menjadi penyakit.

Temuan ini sejalan dengan penelitian Meyer, menunjukkan adanya entitas penyebab penyakit pada daun tembakau yang mengubah kondisinya dari sehat menjadi sakit.

3. Martinus Beijerinck

Penelitian terus berevolusi dalam studi mikroorganisme ini, contohnya dengan pendekatan daun tembakau. Namun, Martinus Beijerinck, seorang ilmuwan Belanda, lebih fokus pada inaktivasi agen penyakit menggunakan alkohol.

Meskipun berhasil menonaktifkan organisme penyebab penyakit, penelitiannya belum mampu menaklukkan entitas yang lebih kecil dari bakteri, diberi julukan “virus lolos saring”.

4. Wendell Meredith Stanley

Pada tahun 1935, Wendell Merdith Stanley, seorang peneliti asal Amerika Serikat, mengeksplorasi organisme penyebab penyakit pada daun tembakau.

Melalui eksperimennya, Stanley berhasil mengkristalkan entitas tersebut, yang kemudian diidentifikasi sebagai TMV, memberikan kontribusi penting dalam pemahaman kita terhadap virologi.

Klasifikasi

Mikroorganisme parasit ini dapat diklasifikasikan sesuai dengan apa yang dimiliki maupun perilaku kebiasaannya.

Jenis Sel Inang

Bibit penyakit ini dapat diklasifikasikan menurut sel inangnya. Berikut adalah jenis-jenis virus berdasarkan jenis sel inangnya.

1. Penyerang Tanaman

Varian ini memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan pada tanaman yang tengah ditanam dan pelihara, seperti Tungro dan TMV, yang dapat mengakibatkan dampak serius pada pertumbuhan dan hasil panen.

2. Penyerang Manusia

Ada beragam varian yang mengancam kesehatan manusia, seperti HIV, influenza, corona, dan varian terbaru, omicron. Beberapa di antaranya memiliki potensi bahaya yang perlu dipahami secara mendalam.

3. Penyerang Hewan

Varian yang menyerang hewan dapat menyebabkan hewan yang dipelihara mengalami penyakit serius bahkan hingga kematian, seperti yang terjadi pada kasus flu burung, rabies, dan jenis varian lainnya.

4. Penyerang Bakteri

Salah satu ilustrasi yang memperlihatkan varian yang menyerang bakteri adalah virus T, sebuah contoh konkret yang menggambarkan kompleksitas interaksi mikroorganisme dalam dunia biologi.

Ketersediaan Nukleokapsid

Ada tidaknya nukleokapsid juga dapat digunakan untuk pengklasifikasian mikroorganisme ini.

1. Berselubung

Tipe selubung merupakan kelompok yang mengandung glikoprotein dan lipoprotein di dalam selubungnya, contohnya Paramyxovirus, Herpesvirus, Togavirus, Rhabdovirus, dan Poxyvirus.

Selubung ini memainkan peran penting dalam interaksinya dengan sel inang serta penentuan karakteristik klinis dan epidemiologisnya.

2. Telanjang

Tipe tanpa selubung, dikenal sebagai virus telanjang, adalah jenis varian yang tidak memiliki lapisan pelindung di sekitar nukleopasidnya. Beberapa contoh mencakup Adenovirus, Reovirus, Papovirus, dan Picornavirus. Keunikan struktural ini memengaruhi sifat dan fungsi dalam konteks biologis.

Jenis Asam Nukleat

Ada sejumlah patogen yang dapat dikategorikan berdasarkan variasi asam nukleat yang mereka miliki, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

1. Virus DNA

Virus DNA, memiliki materi genetik berupa asam nukleat rantai ganda berpilin, mereplikasi DNA dan mentranskripsi menjadi mRNA dalam sel inang. mRNA mengalami translasi untuk membentuk protein selubung. Di sel inang, DNA dan protein bergabung membentuk patogen baru.

mRNA juga menghasilkan enzim penghancur (Lisozim), menyebabkan lisis sel inang, melepaskan patogen untuk menyerang sel inang lainnya.

Contoh virus DNA meliputi Papiloma, Poliloma, Parvovirus B19, Adenovirus, dan lainnya, termasuk Herpes simpleks I dan II, Varicella zoster, dan Vaccinia. Dalam daftar ini juga terdapat Hepatitis B, Smallpox, JC virus, dan banyak lagi.

2. Virus RNA

Virus RNA, mengandung asam nukleat berbentuk rantai tunggal atau ganda tak berpilin, mengalami transkripsi balik dalam sel inangnya, membentuk DNA.

Virus DNA kemudian menyisip ke inti sel, merusak DNA inang, membentuk mRNA, dan translasi protein selubung untuk patogen baru. Contoh virus RNA meliputi HIV AIDS, Influenza, dan Hepatitis E.

Salah satunya, Ebola, dikenal sebagai penyakit paling mematikan, dengan tingkat kematian mencapai 90% dalam beberapa minggu setelah infeksi.

Bentuk Dasar

Apabila dikategorikan berdasarkan bentuk dasarnya, varian ini terbagi menjadi tiga kategori yang mencakup

1. Helikal

Varian ini memiliki karakteristik unik dengan hanya memiliki satu sumbu rotasi. Sumbu tersebut berbentuk seperti batang panjang yang melingkar membentuk heliks.

Nukleokapsidnya, yang merupakan gabungan materi genetik dan protein pelindung, menunjukkan fleksibilitas yang memungkinkannya bergerak dengan leluasa, seperti yang terlihat pada flu.

2. Kompleks

Dengan namanya yang mencerminkan kompleksitasnya, varian ini menonjol dengan struktur yang jauh lebih rumit dibandingkan dengan varian lainnya, seperti contohnya cacar.

3. Ikohedrak

Tidak seperti helikal, varian ini memiliki dua sumbu rotasi ganda dan dibatasi oleh struktur tata ruang yang terdiri dari 20 segitiga sama sisi. Sebagai contoh, polio menunjukkan karakteristik ini.

Tipe Genom dan Replikasinya

Tipe genom dan replikasinya juga bisa dipakai untuk membedakan varian satu dengan yang lainnya.

1. Tipe I

Varian tipe I memperlihatkan keberagaman dengan memiliki materi genetik berupa DNA utas ganda. Mereka melakukan reproduksi melalui proses replikasi, contohnya adalah Herpesvirus. Keunikan ini menandai kompleksitas mekanisme replikatif yang melibatkan tipe I.

2. Tipe II

Varian kategori II memiliki karakteristik berupa DNA dengan untaian tunggal, dan mereka berkembang biak melalui proses replikasi, contohnya adalah MVM. Ini adalah suatu metode di mana ia menggandakan dirinya sendiri untuk memperbanyak jumlahnya.

3. Tipe III

Varian tipe III, yang memiliki materi genetik berupa RNA utas tunggal, mereplikasi diri melalui proses replikasi, seperti yang terjadi pada kelompok Reovirus.

4. Tipe IV

Varian kategori IV merupakan entitas genetik yang membawa RNA berpolaritas positif, yang berarti membawa untai RNA tunggal positif. Mereka mereplikasi diri melalui proses replikasi, sebagai contoh, dapat ditemukan pada polio.

5. Tipe V

Varian tipe V menampilkan genom berbentuk RNA dengan untai tunggal yang bersifat negatif (-), dan proses reproduksinya terjadi melalui mekanisme replikasi. Salah satu contohnya adalah rabies yang menjalani siklus replikasi ini.

6. Tipe VI

Varian tipe VI memiliki genom berupa RNA utas tunggal positif dan menggunakan DNA sebagai perantara dalam proses reproduksinya. Reproduksi varian ini melibatkan mekanisme transkripsi balik, seperti yang terjadi pada AIDS.

7. Tipe VII

Varian kategori VII memaparkan genom RNA berupa untai ganda yang memanfaatkan RNA sebagai perantara, dan berkembang melalui mekanisme transkripsi balik. Contohnya adalah Heparnavirus, yang mengilustrasikan kompleksitas dalam reproduksi varian ini.

Jumlah Kapsomer

  1. Parvovirus membawa kapsomer sebanyak 32, membentuk struktur yang khas.
  2. Picornavirus menyertakan 60 kapsomer dalam susunannya, menggambarkan kompleksitasnya.
  3. Papovirus memiliki 72 kapsomer, menciptakan keunikan dalam organisme penyebab penyakit ini.
  4. Herpesvirus, dengan 162 kapsomer, menunjukkan kompleksitas tinggi dalam evolusinya.
  5. Adenovirus, yang mengandung 252 kapsomer, memperlihatkan struktur yang rumit dalam penyusunan partikel viralnya.

Bentuk

Virus yang umumnya dikenal sering kali memiliki struktur berbentuk lingkaran, namun sebenarnya variasi bentuknya sangatlah beragam. Maka, apa saja ragam bentuk virus yang dapat diidentifikasi?

1. Filamen atau Benang

Sama seperti seutas benang halus, seperti contohnya Ebola, memiliki dimensi yang sangat kecil dan halus.

2. Bulat

Varian dengan morfologi bulat seringkali dikenal luas oleh masyarakat. Salah satu ilustrasi jenis varian ini adalah HIV, sebuah contoh yang menarik untuk dipelajari dalam kaitannya dengan bentuk yang bersifat melingkar tersebut.

3. Huruf T

Varian ini memiliki morfologi yang mirip dengan huruf T, dan contoh konkretnya dapat ditemukan pada jenis varian yang memengaruhi kesehatan bakteri Escherichia coli, yang juga dikenal sebagai bakteriofag.

Morfologi ini menjadi kunci untuk memahami caranya ini berinteraksi dengan sel inang dan menyebabkan dampak terhadap organisme yang terinfeksi.

4. Batang

Varian dengan bentuk batang dapat dikenali melalui contoh yang menarik, seperti TMV, yang menjadi ilustrasi nyata dari jenis varian ini dalam dunia biologi.

5. Batang Berujung Oval

Contoh virus batang yang memiliki bentuk oval adalah Rhabdovirus, menciptakan variasi menarik dalam dunia mikroorganisme dengan karakteristik strukturalnya yang unik.

6. Polihedral

Adenovirus, sebuah contoh yang mengambil bentuk polihedral, merupakan ilustrasi menarik dari kompleksitas struktural dalam dunia virologi.

Dampak Positif

Istilah “virus” sering dihubungkan dengan sesuatu yang berbahaya, namun sebenarnya tidak semuanya memiliki efek merugikan. Beberapa di antaranya bahkan memberikan manfaat yang signifikan bagi kehidupan manusia. Berikut beberapa contohnya:

1. Bidang Kesehatan

Beberapa darinya memegang peran penting dalam bidang kesehatan, berkontribusi dalam pencegahan kanker dan menjaga keseimbangan tubuh.

Virus seperti polio, campak, cacar, dan kanker dimanfaatkan dalam pembuatan vaksin. Vaksin mengandung virus yang sudah mati atau dilemahkan, merangsang pembentukan antibodi oleh sistem imun.

Selain itu, beberapa varian secara langsung mengendalikan sel kanker melalui efek pembunuh sel, seperti dalam VDEPT. Teknologi VDEPT melibatkan enzim dalam terapi, memungkinkan pengendalian terhadap sel target dengan aktivasi dan inaktivasi yang sistematis.

Antitoksin juga dihasilkan dengan menggabungkan DNA virus dan gen menguntungkan, memungkinkan sel bakteri menghasilkan antitoksin melalui rekombinasi genetik. Virus penyebab kanker juga dimanfaatkan untuk memproduksi insulin, dengan cara mencangkokkan gen insulin ke bakteri.

Terapi gen membawa revolusi dengan mengubah gen penyebab infeksi menjadi gen penyembuh. Bacteriophages telah berhasil menyembuhkan penyakit seperti tifus pada ayam dan disentri.

Sejak tahun 1921, bacteriophages digunakan untuk melawan Staphylococcus dengan menempel dan menginfeksi bakteri patogen, memastikan kematian bakteri tersebut. Peran virus dalam bidang kesehatan terus berkembang, membuka pintu bagi inovasi dan solusi penyembuhan yang lebih efektif.

2. Bidang Pertanian

Manfaat virus dalam pertanian muncul melalui pemanfaatan organisme biologis untuk mengendalikan kerusakan akibat hama, dikenal sebagai pengendalian biologis. Baculoviruses yang menginfeksi serangga dan artropoda, digunakan dalam pengendalian hama serangga.

Mereka diintegrasikan ke dalam gen tanaman pertanian, menginfeksi larva serangga saat memakan tanaman, dan merusak jaringan tubuhnya. Sistem Manajemen Hama Terpadu (IPM) juga memanfaatkan agen biologis, mengurangi ketergantungan pada pestisida dan dampak pencemaran lingkungan.

3. Bidang Sains

Eksplorasi ilmiah semakin berkembang, dengan virus menjadi alat penting dalam studi molekuler dan seluler. Penggunaannya melibatkan manipulasi untuk mengungkap fungsi sel secara mendalam.

Virus tidak hanya memfasilitasi penelitian genetik, seperti replikasi DNA dan transkripsi, tetapi juga berkontribusi pada pemahaman dasar DNA dalam konteks ketahanan tubuh.

Dampak Negatif

Seperti yang diketahui, bibit penyakit ini akan membawa dampak negatif apabila itu tidak terkontrol.

1. Penyakit pada Hewan

Rhabdovirus, patogen saraf manusia, menyebar melalui gigitan hewan berdarah panas seperti anjing, kera, kelelawar, dan rakun. Infeksi ini paralisis dan hydrophobia.

Langkah pencegahan melibatkan kehati-hatian terhadap hewan liar dan vaksinasi hewan peliharaan. Di sisi lain, H5N1 menyerang unggas dan berpotensi menular ke manusia.

Dikenal sebagai penyebab epizootik dan panzootik, influenza tipe A menyebabkan gangguan pernapasan, muntah, diare, dan gejala flu umum pada hewan. Penting untuk memahami ancaman kesehatan ini dan mengambil tindakan preventif yang sesuai.

2. Penyakit pada Tanaman

TMV adalah pemicu mosaik pada tembakau dan peran penting dalam pembentukan konsep ‘virus’ serta virologi. Selain menyusutkan tanaman melalui infeksi daun, virus ini menampakkan gejala mosaik pada daun dengan pola belang hijau muda.

Menariknya, mutasi pada virus memungkinkannya menjangkiti berbagai tanaman seperti labu, buncis, mentimun, dan kentang. Sementara itu, RTBV menjadi ancaman serius pada pertumbuhan padi dengan menyebabkan penyakit tungro.

Gejalanya mencakup kerdilnya tanaman padi dan perubahan warna daun menjadi merah hingga oranye-kuning, mengakibatkan penurunan hasil panen gabah yang signifikan.

3. Penyakit pada Manusia

Berbagai penyakit yang menghantui manusia disebabkan oleh invasi virus di dalam tubuh. Dengan ukuran mikroskopis berkisar 20-300 milimikron, virus bersifat aseluler, berkembangbiak hanya di dalam sel hidup.

Saat sistem imun melemah, patogen ini menyerang kekebalan atau imunitas. Dalam ranah biologi, beragam jenis virus mengancam kesehatan manusia.

a. HIV

HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan rentan terhadap infeksi dan penyakit. Penularannya melibatkan kontak fisik seperti hubungan seksual yang tidak aman, pemakaian jarum suntik bersama, dan penggunaan alat tato.

Tidak hanya itu, virus dapat menyebar melalui cairan tubuh, termasuk darah dan air mani, serta dapat ditularkan dari ibu ke bayi. Meskipun, perlu dicatat bahwa kontak sehari-hari seperti bersentuhan, berjabat tangan, dan berpelukan tidak menyebabkan penularannya.

Penting untuk diingat bahwa jika HIV tidak diatasi dengan serius, dapat berkembang menjadi penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).

b. Ebola

Ebola, awalnya terdeteksi di sekitar Sungai Ebola, Zaire (Kongo), pada sekitar tahun 1976. Virus ini termasuk yang paling fatal bagi manusia, menyebabkan demam, diare, dan bahkan pendarahan.

Penularannya melibatkan kontak dengan benda tercemar cairan tubuh penderita. Hingga saat ini, belum ditemukan pengobatan khusus untuk virus ini, serupa dengan kompleksitas penanganan HIV.

c. Corona

Corona Paramyxovirus menyerang sistem pernapasan, dapat menular lewat udara. Paling fatal, bisa menyebabkan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan pneumonia. Gejalanya mirip flu, sering disalahartikan. Penularannya melalui percikan air lir dan sentuhan tangan.

Setelah munculnya Covid-19, Wuhan dan wilayah lain di Cina dikunci, mirip tindakan Italia setelah kurang dari 90 hari. Indonesia mengadopsi regulasi karantina, termasuk karantina rumah, wilayah, rumah sakit, hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar.

d. Herpes Simplex

Herpes Simplex membedakan diri dari jenis lain dengan sifatnya menyerang kulit manusia. HSV dapat menyebabkan penyakit menular seksual pada pria dan wanita, menciptakan luka melepuh di area organ intim.

Penularannya biasanya terjadi melalui hubungan seksual dengan individu yang terinfeksi atau melalui ibu hamil yang mentransmisikan kepada bayi dalam kandungannya.

e. Dengue

Dengue memiliki potensi untuk menimbulkan penyakit mematikan yang dikenal sebagai demam berdarah dengue (DBD). Penularannya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Upaya pencegahan yang krusial melibatkan pemeliharaan kebersihan lingkungan, termasuk merawat bak mandi, mengelola sampah, dan menjaga kebersihan saluran air.

f. Poliomielitis

Poliomielitis, varian tertua yang telah dikenal sejak akhir abad ke-18, cenderung menyerang anak-anak berusia 3-5 tahun. Infeksi ini dapat mengakibatkan lemah otot dan bahkan kelumpuhan pada kaki.

Gejala yang muncul melibatkan demam, nyeri pada sendi, tulang, dan otot, serta kram otot. Polio menular melalui kontak manusia, terutama melalui feses yang terkontaminasi.

Penting untuk diingat bahwa anggota keluarga yang tinggal satu rumah dapat menjadi rentan terhadap penularan dari individu yang terinfeksi.

g. Omicron

Omicron merupakan bentuk varian corona yang muncul dengan lebih dari 50 mutasi, melebihi jumlah mutasi varian Delta yang hanya tujuh.

Keberadaan kombinasi unik ini membuat Omicron dianggap lebih berbahaya. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk saling menjaga agar penyebarannya dapat ditekan.

Itulah pembahasan secara rinci mengenai pengertian, ciri, struktur tubuh, jenis, serta dampak positif dan negatif dari virus, semoga menjadi sumber pembelajaran yang bermanfaat.

Apa itu virus?

Virus adalah entitas parasitik yang bergantung pada inang untuk kelangsungan hidupnya.

Mikroorganisme ini memerlukan inang sebagai tuan rumah untuk melakukan reproduksi, yang mencakup proses melibatkan sel tubuh manusia.

Apa itu virus HIV?

HIV, yang merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, adalah agen infeksi mikroskopis yang menargetkan dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh manusia, merugikan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit dan meningkatkan kerentanannya terhadap infeksi dan penyakit serius.

Virus apa yang memiliki 162 kapsomer?

Virus yang memiliki 162 kapsomer adalah Herpesvirus.

Baca juga artikel tentang jenis vitamin di SemutAspal.


Dapatkan berita terbaru! Ikuti kami di Google News dan dapatkan kabar terupdate langsung di genggaman.

Promo garansi Shopee
Yosua Herbi
Herbi adalah seorang Web Developer asal Jawa Tengah lulusan D-3 Manajemen Informatika. Memiliki pengalaman dan kecintaan di bidang geopolitik, keuangan, pemrograman, digital marketing, dan sosial.